Selasa, 01 Oktober 2019

Anggapan Kamus yang Tidak Pernah Sederhana

TAHUN 2019 menyuguhkan beberapa film baik. Satu diantaranya diluncurkan pada Mei lalu, berjudul The Professor and The Madman.

Saya menyarankan film berdurasi 124 menit itu jadi salah satunya film penting, terpenting untuk banyak pemerhati bahasa. Dikarenakan, film itu bertutur terkait histori penataan suatu kamus. Kamus Oxford, pasnya.

Penataan kamus Oxford di pimpin James Murray dengan klub kecil dari Philological Society London. Maksud mereka simple, ialah menyatukan semuanya kosakata Inggris yg dimanfaatkan sejak mulai 1150 M.

Satu misi yg, pada 1857, termasuk ambisius. Dikarenakan, hampir kemungkinannya kecil direalisasikan. Dengan minimnya technologi, nekat menghimpun semuanya kosakata Inggris, baik yg sempat diucapkan ataupun yg dituliskan?

Silakan sepakat sesaat buat menyampingkan sikap gak acuh berkat film itu bukan terkait histori kamus bahasa Indonesia. Apa-pun bahasanya, aktivitas membuat kamus sediakan pengembaraan yg menentang, tuntut pengorbanan, serta berikan dorongan emosional yg hebat.
Simak Juga  : kamus bahasa jawa

Suatu adegan mendeskripsikan anggota klub penyusun yg frustrasi lantaran tak dapat menemukannya kata “approve” terdaftar dalam pelbagai literatur Inggris pada zaman ke-17 serta ke-18. Walaupun sebenarnya, ia menemukannya kata itu dalam buku-buku zaman ke-14, 15, 16, serta 19.

Ada jejak yg hilang. Sekalinya kata itu jamak dimanfaatkan, mereka tak dapat masukkan ke kamus terkecuali ada jejak kata di tiap-tiap zaman. Walaupun sebenarnya, mereka baru bergelut lewat kata berawalan huruf A, namun udah sesukar itu.

The Professor and The Madman memberikan kalau dalam membuat kamus, sedikitnya ada tiga kendala. Pertama, kepentingan bakal pengetahuan yg begitu luas terkait pelbagai bahasa.

James Murray (diaktori Mel Gibson) yaitu lelaki putus sekolah yg dengan cara otodidak kuasai bahasa Latin, Yunani, Romawi, Italia, Prancis, Spanyol, Catalan, Portugis, Belanda, Denmark, Flemish, Rusia, Syria, Ibrani, Aram, Arab, Koptik, dll. Menguasai itu penting berkat mereka mesti menelusur akar histori tiap-tiap kata.
Artikel Terkait  : translate bahasa sunda

Murray bisa memperjelas kata clever jadi adopsi dari bahasa Jerman, klover. Setelah itu, memperjelas kalau kata itu tak menunjuk pada kecakapan berpikir saja, namun juga model kecerdasan fisik.

Ke dua, kepentingan buat membaca semuanya literatur. Cerdas saja kurang ; ketekunan membaca berubah menjadi begitu penting dalam dokumentasi kata. Murray selanjutnya menulis pamflet yg disebarkan ke semuanya negeri. Ia meminta pemberian terhadap rakyat Inggris biar ikut serta aktif membaca buku serta mencatat kosakata yg mereka dapatkan.

Syukurlah, James Murray terima pemberian gak tersangka dari cerdas lain bernama William Chester Minor. Yg mengiriminya bundel-bundel kosakata yg udah diurutkan serta siap “dikamuskan”. Apabila tak memajukan keikutsertaan publik, kamus tuntas dalam kurun beberapa ratus tahun.

Ke-tiga, keinsafan kalau kamus mereka akan tidak “selesai”. Bahasa terus berkembang lantaran fakta berkembang, serta tidak bisa menguber kemajuan itu dengan kerja dokumentatif yg lambat.

Memahami itu, Murray sempat ada di titik paling rendah dari mimpinya buat “mendokumentasikan histori dari seluruhnya, tawarkan terhadap dunia suatu buku yg mendeskripsikan semua ciptaan Tuhan”. Seorang memohon Murray tidak untuk memikul beban kerja sendirian. Ia disadarkan kalau bakal senantiasa ada orang yg bersedia menyambung apa yg udah mereka mulai.

Menyaksikan The Professor and The Madman yaitu menyaksikan sejarah kegigihan manusia dalam menyatukan apa yg udah lalu, buat menyikapi hari depan. Film itu tak terus-terusan terkait kondisi membuat kamus ; di dalamnya ada juga tragedi serta asmara.

Bahkan juga, diskusi gampang di antara Murray serta Minor yg merapal kosakata-kosakata indah seperti alveari, louche, commotrix, atau gyre bisa menggetarkan hati. Akan tetapi, kita dapat mengarahkan perhatian khusus pada kamus yg tidak sempat simple.

Kamus tidaklah sekadar himpunan kata serta definisinya. Membuat kamus bermakna menyidik kata serta sejarahnya. Kata tidak ada dengan sendirinya. Ada fakta dibalik tiap-tiap kata. Menyidik kata bermakna “memahami fakta dalam suatu saat serta trik berpikir satu bangsa tentangnya”.

Kamus, karena itu, meringkas pengalaman serta penilaian. Dahulu saya senantiasa takjub karena ada kata “merdeka”, dan sewaktu yg sama ada kata “bebas”. Terakhir saya kenal kalau “merdeka” berakar pada bahasa Sanskerta, ialah mahardika, yg berarti privat “kebebasan buat menentukan jalan yg baik”. Merdeka, nyata-nyatanya, yaitu kosakata akhlak.

Saya mengharap film mirip terkait bahasa Indonesia. Bahasa kita tak kalah indahnya, baik buat dimaknai ataupun dibunyikan. Bertualang di KBBI, menemukannya kosakata antik seperti gaham, ujana, rengsa, serta munjung. Coba melafalkannya benar-benar menyenangkan, ditambah lagi dapat melacak akar-akarnya yg jauh.

Namun, apabila ada film sejenis itu, pekerjaan besarnya yaitu aktifkan imajinasi bakal kekayaan ciri-ciri, histori, serta pengalaman yg terekam dalam bahasa. Biar kita insaf bakal diri pribadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar