Kamis, 14 Februari 2019

Yuk Simak Tsunami di Selat Sunda Terjadi 12 Kali, Ini Daftarnya

Tsunami di seputar Selat Sunda (Banten-Lampung) pada Sabtu 22 Desember 2018 bukan pertama kali berlangsung. Dari catatan histori, tsunami sudah berkali-kali berlangsung, bahkan juga mulai sejak tahun 416.

Dilansir dari Jurnal Geologi Indonesia Volume III (4 Desember 2008) berjudul 'Tsunamigenik di Selat Sunda : Tinjauan Pada Katalog Tsunami Soloviev', yang ditulis oleh Yudhicara serta K Budiono, diterangkan beberapa bukti berkenaan tsunami di Selat Sunda.

Dalam jurnal ini diterangkan tsunamigenik adalah peristiwa alam yang miliki potensi mengakibatkan tsunami. Peristiwa itu berwujud terganggunya air laut oleh kegiatan-kegiatan gunung api, gempa bumi, longsoran pantai serta bawah laut atau sebab-sebab yang lain.


Simak juga: struktur teks eksplanasi

Berdasar pada histori, Selat Sunda sudah berulang-kali berlangsung musibah tsunami yang terdaftar dalam katalog tsunami. Tsunami yang berlangsung ini dipicu oleh sejumlah kejadian geologi, salah satunya erupsi gunung api bawah laut Krakatau yang berlangsung tahun 416, 1883 serta 1928.

Selanjutnya tsunami yang dipicu gempa bumi pada tahun 1722, 1852 serta 1958. Paling akhir, yang menimbulkan yang lain yang disangka kegagalan area berwujud longsoran baik di lokasi pantai atau basic laut pada tahun 1851, 1883 serta 1889.

" Keadaan tektonik Selat Sunda sangatlah sulit, lantaran ada pada lokasi batas Lempeng India-Australia serta Lempeng Eurasia, tempat terbentuknya skema busur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung samudera, area akresi, busur gunung api serta cekungan busur belakang. Palung Sunda sebagai batas pertemuan lempeng adalah lokasi yang sangat berkesempatan membuahkan gempa-gempa besar, " catat jurnal itu yang di terima deticom dari Kasubid Gempa serta Tsunami Lokasi Barat PVMBG Ahmad Solihin, Minggu (23/12/2018) .

Terdapatnya kontradiksi kesibukan gempa besar di seputar Selat Sunda bisa membawa dampak terakumulasinya tegasan yang menaruh daya dan selanjutnya dilepaskan kapan saja berwujud gempa besar yang bisa mengakibatkan tsunami.

Selama histori letusan, busur gunung api bawah laut Krakatau sudah alami empat sesi pembangunan serta tiga sesi penghancuran. Tiap-tiap sesi penghancuran menjadikan terjadinya tsunami dengan peluang kapasitas momen sama dapat berlangsung pada tahun 2500 sampai 2700.

Lihat juga : Mengingat Kembali Mekanisme Evakuasi waktu Tsunami

Keadaan geologi basic laut Selat Sunda yang labil, terpenting dipicu oleh perubahan susunan geologi aktif yang membuat terban, miliki potensi mengakibatkan musibah longsor seandainya didorong gempa bumi. Sesaat keadaan topografi pantai yang relatif curam, dengan tingkat pelapukan yang tinggi di seputar Teluk Semangko serta Teluk Lampung, adalah hal lainnya yang bisa mengakibatkan musibah longsor terpenting apabila didorong curah hujan tinggi pada Desember sampai Februari.

Lebih jauh kembali, jika material longsoran jatuh ke laut, meskipun sangatlah kecil serta punya sifat lokal, bisa miliki potensi menjadikan tsunami.

Jejak tsunami di Selat Sunda sangat dahsyat terdaftar pada tahun 1883. Waktu itu berlangsung letusan Gunung Api Krakatau. Momen bersejarah ini sudah menarik semua perhatian dunia lantaran material yang dimuntahkannya mengakibatkan terjadinya tsunami yang menyerang.menimpa sejumlah Sumatera sisi selatan serta Jawa Barat sisi barat, hingga menewaskan kira-kira 36. 000 jiwa.




Jauh sebelum itu, berdasar pada katalog tsunami yang ditulis oleh Soloviev serta Go (1974) , terdaftar berulangkali momen musibah tsunami di Selat Sunda. Dalam katalog diterangkan tsunami itu didorong diantaranya oleh erupsi gunung api yang sempat berlangsung pada tahun 416 [terekam dalam satu kitab Jawa yang berjudul Pustaka Raja ( " Book of Kings " ) ], yang disangka menjadi gunung api Krakatau kuno.

Selanjutnya jejak komplet tsunami di perairan Selat Sunda berdasar pada Katalog Soloviev serta Go :

1. Tahun 416
Kitab Jawa yang berjudul " Book of Kings " (Pustaka Radja) , mencatat terdapatnya berulangkali erupsi dari Gunung Kapi yang membawa dampak naiknya gelombang laut serta menggenangi daratan sampai memisahkan Pulau Sumatera serta Pulau Jawa. Gunung Kapi ini di percayai menjadi Gunung api Krakatau sekarang.
Lihat Juga : contoh teks eksplanasi social

2. Oktober 1722 waktu 8. 00
Berlangsung gempa bumi kuat di laut yang dirasa di Jakarta serta membawa dampak air laut naik seperti air mendidih.

3. 24 Agustus 1757 waktu 2. 00
Gempa bumi yang kuat dirasa di Jakarta lebih kurang sepanjang 5 menit. Pada waktu 2. 05, sepanjang goncangan yang terkuat, angin dirasa datang dari timur laut. Air sungai Ciliwung meluap sampai 0, 5 mtr. serta membanjiri Kota Jakarta.

4. 4 Mei 1851
Di Teluk Betung, dalam Teluk Lampung di pantai selatan pulau Sumatera, teramati gelombang pasang naik 1, 5 m diatas air pasang kebanyakan.

5. 9 Januari 1852 waktu 18. 00
Dirasa gempa bumi yang menebar dari sisi barat Jawa sampai sisi selatan Sumatera, dirasa pun di Jakarta serta gempa-gempa susulannya dirasa juga di Bogor serta Serang. Pada waktu 20. 00, berlangsung fluktuasi air laut yang tidak seperti kebanyakan.

6. 27 Agustus 1883 waktu 10. 02
Berlangsung erupsi sangatlah dahsyat dari gunung api Krakatau yang disertai oleh gelombang tsunami. Ketinggian tsunami maksimal teramati di Selat Sunda sampai 30 mtr. diatas permukaan laut, 4 mtr. di pantai selatan Sumatera, 2-2, 5 mtr. di pantai utara serta selatan Jawa, 1, 5-1 mtr. di Samudera Pasifik sampai ke Amerika Selatan. Di Indonesia sekitar 36. 000 orang wafat.

7. 10 Oktober 1883
Di Cikawung di pantai Teluk Selamat Hadir, teramati gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 mtr..

8. Februari 1884
Lima bulan selesai peristiwa erupsi Gunung Api Krakatau, tsunami kecil teramati di seputar Selat Sunda, disebabkan oleh satu erupsi gunung api.

9. Agustus 1889
Teramati kenaikan permukaan air laut yang tidak lumrah di Anyer, Jawa Barat.

10. 26 Maret 1928
Peristiwa erupsi gunung api Krakatau disertai oleh kenaikan gelombang laut yang teramati di sebagian tempat di seputar lokasi gunung api.

11. 22 April 1958 waktu 5. 40
Dirasa gempa bumi di Bengkulu, Palembang, Teluk Banten serta Banten yang disertai dengan kenaikan permukaan air laut yang bertambah lewat cara berangsur.

" Hasil dari tinjauan serta bukti itu karena itu bisa diartikan tsunami yang berlangsung di Selat Sunda di saat lampau di pengaruhi oleh keadaan geologi serta tektonik, " catat penulis jurnal.

" Karena itu bisa diartikan sumber tsunamigenik di perairan Selat Sunda bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berkenaan dengan subduksi Sunda, erupsi gunung api bawah laut Krakatau, longsoran di pantai serta longsoran bawah laut di seputar Selat Sunda, " kata penulis dalam ringkasan jurnal itu.

Lihat juga : BMKG : Kami Gak Nyalakan Sirene Peringatan Tsunami di Carita

Catatan terkini, peristiwa ke-12 berjalan Sabtu 22 Desember 2018. Pesisir Selat Sunda terserang efek tsunami ialah Banten serta Lampung.

Dalam info wartawan, Minggu (23/12/2018) , Pusat Vulkanologi serta Mitigasi Musibah Geologi (PVMBG) menuturkan,  pada 22 Desember 2018 berlangsung letusan Gunung Anak Krakatau. Lewat cara visual, teramati letusan dengan tinggi asap sekitar 300-1. 500 mtr. diatas puncak kawah. Lewat cara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (58 mm) .

" Pada waktu 21. 03, WIB berlangsung letusan, selang sejumlah lama ada informasi tsunami. Pertanyaannya apa tsunami itu ada keterkaitannya dengan kesibukan letusan, masalah ini masih tetap didalami, " demikian info PVMBG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar