Jumat, 12 April 2019

Yuk Mengenal Lebih Dekat Ilmuwan Muslim Penghitung Pertama Keliling Bumi

George Sarton, seseorang pakar kimia serta sejarawan Amerika kelahiran Belgia, mengibaratkan Al-Biruni menjadi Leonardo da Vinci-nya Islam sebab penguasaannya pada beragam disiplin ilmu dan pengetahuan. Sesaat K Ajram menilainya jika Leonardo da Vinci yaitu Al-Biruni-nya Kristen. Argumennya, Al-Biruni hidup lima era lebih dulu dari da Vinci. Hingga sumbangsih Al-Biruni dalam ilmu dan pengetahuan lebih original.

Abu Perolehan Muhammad bin Ahmad Al-Biruni lahir pada 4 September 973 M di Kath, ibu kota Khawarizm (sekarang lokasi Uzbekistan) . Semenjak kecil Al-Biruni telah tertarik dengan matematika serta astronomi. Dalam perjalanan hidupnya, Al-Biruni pelajari banyak disiplin ilmu dan pengetahuan seperti peristiwa, geografi, fisika, filsafat, serta agama.
Baca Juga : keliling lingkaran

Sebab pergolakan politik yang terdapat pada waktu itu, Al-Biruni beralih dari satu tempat ke tempat yang lain. Maklum ketika itu ilmuwan Muslim –termasuk Al-Biruni- membaca, menelaah, serta bereksperimen sampai temukan teori dibawah pengawasan serta penjagaan seseorang khalifah. Kalau sang khalifah atau sultan menginginkannya, karena itu kehidupan ilmuwan terjamin. Sebaliknya.

Mengacu buku Al-Biruni : Ahli Astronomi serta Ilmuwan Muslim Era ke -11, awalnya Al-Biruni tinggal di istana Dinasti Banu Irak, yang kuasai segi timur Khawarizm dengan ibu kota Kath. Tetapi disaat Abu Ali Ma’mun bin Muhammad dari Dinasti Ma’muni menaklukkan Dinasti Banu Irak serta mempersatukan lokasi Khawarizm pada 995 M, Al-Biruni tinggalkan kota kelahirannya sebab takut nyawaya terancam. Pada sekarang, Al-Biruni udah sukses membuat suatu kitab berjudul Kartografi, mengenai pengetahuan peta.

Al-Biruni selanjutnya geser ke kota Rayy (saat ini dekat dengan Teheran, Iran) , satu diantaranya pusat pusat astronomi ketika itu kecuali Khawarizm serta Baghdad. Di kota ini, Al-Biruni selalu meningkatkan potensinya di bagian astronomi. Tetapi sayang, penguasa Rayy waktu itu Fakhrul Daulah tdk bersedia terima Al-Biruni buat ‘bekerja’ di istananya. Sepanjang di Rayy, Al-Biruni selesaikan kitab Tahdid Nihayat al-Amakin li Tashbih Masafat al-Masakin (Pemilihan Tempat Tempat buat Pastikan Jarak antar Kota) .

Penolakan di Rayy tdk membuat Al-Biruni ciut. Dia pada akhirnya geser ke Gorgon. Syamsul Ma’ali Qabus, penguasa Gorgon, mengundang Al-Biruni buat berkarya di istananya. Dengan suport moril serta materil yang memadahi di Gorgon, Al-Biruni serius mengoptimalkan potensinya. Dia banyak membaca, menulis, berpergian ke kota-kota buat memetakan garis lintang, serta menganalisis peristiwa-peristiwa antariksa seperti gerhana bulan. Sejumlah kitab yang sukses ditulis Al-Biruni sepanjang di Gorgon di antaranya Kitab Bekas Efek Waktu Lampau, Risalah Tajrid al-Sha’at (Risalah Pribadi Waktu) , serta yang lain.

Di lokasi berbeda, Abu Ali Ma’mun bin Muhammad penguasa Dinasti Ma’muni. Dia selanjutnya digantikan Abul Hasal Ali. Tidak serupa dengan pendahulunya, Abul Hasal Ali punyai yang diimpikan buat penuhi istananya dengan ilmuwan-ilmuwan hebat. Karena itu selanjutnya dia mengundang Al-Biruni buat pulang kampung ke Khawarizm serta tinggal istana buat meningkatkan ilmu dan pengetahuan. Bak gayung bersambut, Al-Biruni terima penawaran itu.

Gejolak politik kembali lagi membuat Al-Biruni mesti geser ke lain tempat. Ketika Dinasti Ghaznawi menaklukkan Dinasti Ma’muni serta kuasai lokasi Khawarizm, karena itu Al-Biruni dibawa ke Istana Mahmud Ghaznawi. Mujur untuk Al-Biruni sebab penguasa Ghaznawi benar-benar menghargainya. Al-Biruni dikasihkan suport moril serta materil buat meningkatkan ilmu dan pengetahuan dibawah penjagaan Istana Ghaznawi. Al-Biruni tinggal di Ghaznawi sepanjang sekitar 30 tahun. Dia meninggal dunia di Ghaznah pada 1048.

Di Istana Ghaznawi, Al-Biruni menulis sejumlah kitab monumental salah satunya Masamiri Khawarizm (Revolusi Khawarizm) , Tarikh al-Hind (Tarikh India) , Pemilihan Tempat Tempat buat Pastikan Jarak antar Kota, Kitab Wawasan Pucuk Pengetahuan Bintang, al-Qonun al-Mas’udi, kitab Layl wa al-Nahar (Kitab Malam serta Siang) , Kitab Bahan Obat, serta yang lain.

Penghitung pertama keliling bumi
Simak Juga : rumus luas lingkaran

Al-Biruni diketahui menjadi seseorang ilmuwan eksperimentalis. Dia mengerjakan riset kembali pada teori-teori yang telah ada serta berkembang buat menyatakan kebenarannya. Contoh teori Aristoteles mengenai pandangan. Aristoteles yakini kalau pandangan disebabkan oleh cahaya yang memancar dari mata serta ketujuan satu benda. Sesaat, Al-Biruni menyebutkan kalau pandangan adalah hasil pantulan sinar pada benda yang masuk ke mata.

Al-Biruni pun ‘tidak terima’ dengan penemuan awal kalinya. Dia tetap membuat alat-alat baru yang diakuinya lebih mutakhir dari alat yang dicetak ilmuwan awal kalinya. Semisalnya Abu Sa’id Sijzi udah membuat Astrolabe heliosentris yang dipandang tepat. Tetapi Al-Biruni konsisten membuat serta meningkatkan Astrolabenya sendiri. Astrolabe yang dinamakan al-Ustawani itu tidak cuma bisa mengukur gerak benda langit, namun dapat juga mengukur beberapa lokasi di bumi yang sukar dijangkau seperti gunung.

Al-Biruni pun mengerjakan riset pada suatu ilmu dan pengetahuan yang ‘belum sempat digarap’ oleh ilmuwan awal kalinya. Satu diantaranya sumbangsih original Al-Biruni yaitu keliling bumi. Iya, Al-Biruni yaitu orang pertama yang mengkalkulasi keliling bumi. Dia mengerjakan hal demikian pada era ke-11, disaat masihlah ramai perbincangan pada apa bentuk bumi bundar atau datar.

Seperti yang diterangkan dalam buku Menggali Logika Saintifik Peradaban Islam, Al-Biruni memanfaatkan pendekatan perhitungan trigonometri serta pakai Astrolabe al-Ustawani bikinannya sendiri buat mengkalkulasi keliling bumi.

Ada selangkah yang ditempuh Al-Biruni buat mengukur keliling bumi. Pertama kali, Al-Biruni yakini jika bumi itu bundar. Dari sini selanjutnya dia mencari jari-jari bumi buat mencari keliling bumi. Al-Biruni cukuplah mujur sebab ketika itu besaran phi (π) telah diketemukan ilmuwan awal kalinya, Al-Khawarizmi.

Selain itu, Al-Biruni mengukur tinggi gunung sebagai suatu titik permukaan bumi. Al-Biruni mengukur tinggi gunung –disebutkan kalau gunung itu ada di India atau Pakistan- dengan memanfaatkan Astrolabenya. Langkahnya dia mengarahkan Astrolabenya ke dua titik tidak serupa di daratan. Selanjutnya tangen sudutnya dikalikan serta dibagi beda tangen dua pojok itu dengan rumus trigonometri.

Al-Biruni selanjutnya mengarahkan Astrolabenya ke titik cakrawala serta membuat garis imajiner 90 derajat yang tembus bumi. Al-Biruni membuat segitiga siku-siku raksasa pada tempat ia berdiri, titik horizon, serta pokok bumi. Dilansir halaman Owlcation, Al-Biruni jelas jika jari-jari bumi yaitu 6. 335, 725 km dari penghitungannya. Sumber berbeda sebutkan jika jari-jari bumi 6. 339, 9 km. Selanjutnya Al-Biruni menggambar bumi dalam dimensi dua yaitu berwujud lingkaran.

Sehabis memperoleh data-data itu, Al-Biruni mengkalkulasi keliling bumi dengan rumus keliling lingkaran. Karena itu akhirnya yaitu 40. 075 km. Sesaat hitungan moderen keliling bumi yaitu 40. 075, 071 km. Berarti hitungan Al-Biruni cuma meleset 1 % dari hitungan moderen.

Sesaat dalam buku Menggali Logika Saintifik Peradaban Islam, perhitungan Al-Biruni mengenai keliling bumi yaitu 40. 225 km. Mengenai hitungan moderen keliling bumi yaitu 40. 074. Dengan begitu hitungan Al-Biruni benar-benar tepat, yaitu raih ketepatan sampai 99, 62 % serta cuma keluar batas 0, 38 %.

Suatu hitungan yang benar-benar menakjubkan mengingat Al-Biruni melaksanakannya pada era ke-11. Pada jaman di mana ilmu dan pengetahuan serta tehnologi belum berkembang secanggih seperti sekarang. Ketika itu, data mengenai jari-jari serta potret bumi pun belum didapati seperti sekarang. Tetapi dengan memanfaatkan beberapa cara nonkonvensional serta kreatif, Al-Biruni pada akhirnya sukses mengukur keliling bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar